Ditanya Kualitas Pendidikan Desain di Indonesia, sape kite?
Baru saja kemarin, kami di undang untuk interview tugas UTS Manajemen Desain dari UPH semester 6. Dari semua pertanyaan yang telah ‘dibuat oleh dosen’ tersebut ada bagian pertanyaan yang menarik bagi saya.
Kata kunci yang kami tangkap disini adalah: Kompetensi, Kualitas Pendidikan, Situasi Industri Desain dan Etika.
Hal yang dalam ranah kami sebagai studio desain sedikit banyak berpengaruh dalam tim kami. Jadi kami hanya akan berpendapat mengenai apa yang terjadi di Projek AGNI.
Dengan metode kerja dan belajar sekarang utamanya dilakukan secara daring, kami senantiasa mengadakan batch atau giliran program magang independen untuk mahasiswa seluruh Indonesia / mancanegara.
Biasanya program tersebut dilaksanakan sekitar 2–6 bulan tergantung dari beberapa faktor seperti: Jumlah intern, ketersediaan kami, kurikulum kampus dan juga minat intern tersebut misalnya.
Program internship di Projek AGNI berusaha untuk se-’inklusif’ mungkin, artinya kami tidak memandang suku, ras, agama, latar belakang, disiplin ilmu, kampus, dan hal-hal yang bersifat label tersebut (Masih jauh sih tapi ya lagi mencoba).
- Lalu masuk ke dalam konteks kompetensi, etika dll.
Menjadi inklusif di industri desain di Indonesia adalah hal yang masih kita tuju bersama, panjang perjalanannya untuk lepas dari “ke-Jakartaan”, Kota besar sentris, dan tidak pede dengan hal-hal yang grassroots atau kedaerahan, kampungan lah istilahnya.” - Berpendidikan tinggi di kota besar sedikit banyak memengaruhi kompetensi dan etika. Kami tidak menilai benar salah, namun hal tersebut baiknya menjadi refleksi kita apakah kita menikmati privilege tersebut untuk apa?
- Jadi bukan hanya mahasiswanya terus yang di cecer harus kompeten. Dosennya kompeten ga? Mutu belajarnya terbuka atau tidak? Apakah mahasiswa di ajak untuk berkolaborasi lintas disiplin, dan mengerti hal lain selain disen-disen atau tidak? Daaaan lainnyaaa.
Namun, kami merasa bangga dan beruntung di Projek AGNI semua interns yang senantiasa bermanfaat dan berprestasi. Sejauh ini kurang lebih sudah ada 40 alumni Padepokan Subjek AGNI selama 6 tahun belakang baik daring ataupun luring. Semua anak-anak Subjek AGNI dipersatukan oleh frekuensi yang sama biasanya: Suka eksperimen, aneh-aneh, dan yang terpenting mostly mencintai ‘budaya’-nya sendiri.
Soal sopan ga sopan, siapa paling soleh, siapa paling berbudaya, siapa yang paling jago gambar atau ngelayout menjadi prinsip yang dipegang masing-masing saja, kita hanya fokus oleh purpose yang sama.
Sudah lama sebenarnya ingin mengutarakan mengenai hal ini, hanya opini tanpa data hanya cerita dari pengalaman belaka. Terima kasih bagi yang membaca, nanti kita sambung kembali
Suatu kampung di Baturiti,
Kresna
23 November 2024